Jumat, 24 Juli 2009

Kekentalan Pelumas

Dalam dunia per-oli-an sering kita temukan istilah "SAE" yang tertera di botol-botol oli buat otomotif. Sebenernya apa sich "SAE" tuch???

SAE tuch singkatan dari "Society of Automotive Engineers". Itu merupakan perkumpulan orang-orang yang membuat standar tingkat kekentalan oli buat otomotif. Kalo di Industri sering digunakan istilah "ISO VG". Jadi gampang nya sama aja dengan satuan inch dan meter.

Nah, semakin besar angka SAE yang tercantum, maka kekentalan oli yang dikandungnya juga semakin tinggi alias kental. Sebagai perbandingan, cairan yang paling encer adalah air.

Lalu, apakah perbedaan aplikasi oli kental dan yang encer???
Penggunaan kekentalan oli sebenernya sudah dicantumkan pada manual book tiap kendaraan. Sebagai contoh, motor Honda Supra direkomendasi menggunakan SAE 20w-50.
Tetapi dalam perkembangannya, seringkali pengendara yang sudah tau kadang menggunakan oli dengan SAE 15W-40 ato 10W-40 yang notabene lebih encer dari 20W-50. Kok bisa???
Nah, itu dia!! Dalam dunia per-oli-an juga terdapat hukum:

  1. Semakin cepet putaran mesin, semakin encer oli yang dibutuhkan, dan sebaliknya
  2. Semakin panas lingkungan kerja mesin, semakin kental oli yang dibutuhkan, dan sebaliknya
  3. Semakin berat beban kerja mesin, semakin kental oli yang dibutuhkan, dan sebaliknya.
Dengan ketiga hukum di atas makin terbuka lah pandangan dan pertimbangan kita tentang pemilihan oli yang lebih tepat sesuai dengan penggunaan kendaraan kita.
Semoga artikel ini dapat membuat anda semakin nyaman dalam berkendara...

Read More......

Man In The Mirror

I'm starting with the man in the mirror,
I'm asking him to change his ways,
And no message could have been any clearer,
If you wanna make the world a better place,
Take a look at yourself and then make a change,
Na na na, na na na, na na na na.
Lyric taken from "Michael Jackson - Man In The Mirror"

Kalian tentu sudah mengerti bahwa kita tidak dapat mengubah keadaan dan orang lain sebelum mengubah diri sendiri dulu.
Dan Michael telah menyadari ini jauh sebelum kita sadar akan hal ini.
Tetapi seperti kata pepatah "Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri"
banyak hal yang perlu kita urus secara intern sebelum kita melanjut ke masalah eksternal.
Semoga dengan mengubah diri menjadi lebih baik, kita dapat mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Read More......

Sabtu, 22 November 2008

Romo Mangun Untuk Yogyakarta


Nama : Yusuf Blilyarta Mangunwijaya
Lahir : Ambarawa, Jawa Tengah 6 Mei 1929
Wafat : Jakarta, 10 Februari 1999

Saya yakin bahwa banyak diantara kita yang mengenal orang ini dan pasti terasa akrab bagi kita. Apalagi jika orang yang melihat identitas di atas berasal dari golongan arsitek, warga Kali Code Yogyakarta dan para murid di SD Mangunan Yogyakarta. Orang ini yang juga sering dipanggil dengan sebutan Romo Mangun merupakan sosok manusia yang sangat komplit, bahkan mendekati sempurna kalau bisa dibilang di sisi humanisnya. Romo Mangun merupakan contoh manusia yang luar biasa dan langka yang pernah dilahirkan oleh bumi. Selain sebagai rohaniwan, Romo Mangun juga sukses menjalankan perannya sebagai seorang arsitek, penulis, dan budayawan.

Adalah Bapak Yulianus Sumadi dan Ibu Serafin Kamdaniyah yang dengan bangga telah melahirkan Romo Mangun ke dunia ini. Walaupun Romo Mangun lahir di Ambarawa Jawa Tengah, tetapi banyak karya dan jejak yang telah ditinggalkan oleh Romo di bumi Sri Sultan Hamengku Buwono Yogyakarta. Salah satunya yang paling mendapat sorotan adalah perkampungan Kali Code yang berhasil dirubah menjadi lebih baik oleh Romo Mangun. Selain itu Romo Mangun juga pernah mengabdi secara langsung kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam bertugas menjadi supir pendamping Panglima Perang Sri Sultan Hamengkubuwono IX memeriksa pasukan.

Keberhasilan Romo Mangun sebagai seorang arsitek tak usah diragukan lagi. Banyak penghargaan yang telah diberikan kepada Romo, baik yang berasal dari organisasi dalam negeri maupun dari organisasi luar negeri. Diantara banyak penghargaan itu datang akibat perannya dalam membantu rakyat Kali Code Yogyakarta. Penghargaan tersebut diantaranya “The Aga Khan Award for Architecture” pada tahun 1992 dan tiga tahun kemudian dilanjutkan dengan penghargaan “The Ruth and Ralph Erskine Fellowship Award” yang datang dari Stockholm, Swedia untuk kategori arsitektur demi rakyat yang tak diperhatikan. Pendidikan arsitek Romo Mangun dimulai ketika Romo masuk ke Institut Teknik Bandung jurusan Teknik Arsitek pada tahun 1959 setelah pada tahun yang sama Romo menerima pentahbisannya sebagai seorang Imam SJ dari Uskup Agung pribumi pertama di Indonesia, Uskup Soegijapranata SJ. Pendidikan Arsitek ITB yang diambil oleh Romo dilanjutkannya ke universitas yang sama dengan mantan Presiden RI ke-III BJ Habibie, Rheinisch Westfaelische Technische Hochschule, Aachen, Jerman pada tahun 1960.

Sebagai seorang penulis Romo Mangun banyak menghasilkan karya yang lagi-lagi diantaranya berhasil menyabet penghargaan. Salah satu penghargaan yang bergengsi yang berhasil diperoleh Romo adalah penghargaan penghargaan dari Ratu Thailand Sirikit lewat ajang The South East Asia Write Award 1983 atas novelnya yang berjudul “Burung-Burung Manyar” (1981). Selain menghasilkan karya dalam bentuk novel, Romo Mangun pun sering mengirim artikel-artikel yang berisi sindiran dan seringkali membela nasib orang kecil yang sering tertindas di Indonesia. Akibat dari perbuatan Romo ini menuai pro dan kontra. Golongan pro datang dari rakyat kecil yang dibela oleh Romo dan yang kontra datang dari golongan pejabat negeri ini (Indonesia). Saking seringnya Romo mengkritik sampai Soeharto yang saat itu masih menjabat Presiden RI menuding Romo Mangun sebagai seorang komunis yang mengaku sebagai rohaniwan.

Kepekaan Romo Mangun terhadap sosial sangat tinggi. Warga Kedung Ombo yang akan digusur oleh pihak pemerintah dengan tidak adil didampingi oleh Romo Mangun. Bahkan dengan kegigihan Romo, akhirnya permasalahan warga Kedung Ombo dengan pihak pemerintah dapat berkahir dengan baik sekali, bahkan pihak pemerintah bersedia untuk membayar ganti rugi melebihi dari yang dituntut oleh warga Kedung Ombo. Selain itu Romo Mangun juga menerapkan sistem yang telah disusun oleh Romo sendiri, yang disebut dengan sistem Dinamika Edukasi Dasar (DED) di SD Mangunan, Sleman, DI Yogyakarta. Nama Mangunan merupakan sebuah kebetulan antara nama Romo Mangun sendiri dengan nama desa Mangunan tempat SD tersebut berada. Hal ini dilakukan Romo karena Romo Mangun melihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia tidak baik dan juga kecintaan Romo pada anak-anak Indonesia yang menurutnya sangat tersiksa dengan sistem pendidikan saat itu.

Pada tanggal 10 Februari 1999, sepak terjang Romo terhenti untuk selamanya. Penyakit jantung yang diidap oleh Romo Mangun telah menghentikannya untuk berkarya demi kemuliaan T u h a n yang disembahnya. Romo Mangun berpulang saat Romo menjadi pembicara di seminar “Meningkatkan Buku Dalam Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia", yang diselenggarakan Yayasan Obor Indonesia, di Hotel Le Meridien, Jakarta. Kepergian Romo ini banyak mengundang haru bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Kepergian Romo ini juga sangat menyedihkan bagi teman-teman dekat Romo yang sedang menyiapkan pesta ulang tahun Romo yang ke-70. Walaupun sepak terjang Romo terhenti tetapi kenangan dan karya yang telah ditinggal tidak akan hilang.

Tulisan ini dirangkum dari berbagai sumber. Salah satu sumber yang cukup sistematis membahas Romo Mangun adalah Wikipedia.

© Jape Methe Blog

Read More......

Selasa, 21 Oktober 2008

ANGKRINGAN;WAJAH LAIN YOGYAKARTA


Allow dab... piye kabare... sekarang artikel yang akan ditulis di sini adalah Angkringan. Angkringan yang bisa juga disebut Warung Sego Kucing ini sudah menjadi salah satu wajah khas Yogyakarta/Jogja. Suasana yang guyub dan harga makanan yang murah menjadi pilihan rakyat dalam mengisi perut sambil nongkrong bareng teman-teman. Buat sodara-sodari yang belon tau dengan yang namanya Angkringan, kudu baca ni sampe habis. Dijamin kalian bisa lebih ngerti tentang Jogja...

PENGERTIAN

Angkringan adalah sebuah warung dengan gerobag dorong yang menjual berbagai macam minuman dan makanan. Warung ini biasanya ditutup dengan terpal plastik dan menggunakan penerangan dari lampu senthir dan juga mengandalkan penerangan dari lampu jalan. Warung ini mulai buka mulai sore ±16.00 sampai tengah malam. Angkringan ini hanya terdapat di Jogja. Tetapi kota Solo juga mempunyai jenis warung yang mirip dengan model warung Angkringan dari Jogja. Orang Solo menyebutnya degan sebutan "Hik". Usut punya usut ternyata sejarah asal Angkringan ini (lagi-lagi) berhubungan dengan Solo.

Sejarah

Konon, budaya warung angkringan yang ada di Jogja ini dimulai dari warungnya Lik Man yang berlokasi di sebelah utara Stasiun Tugu Yogyakarta. Adalah Mbah Pairo yang berasal dari Klaten yang memperkenalkan konsep warung Angkringan. Mbah Pairo ini pada awalnya datang untuk berjualan di Jogja dengan membawa pikulan (angkring) dengan menggunakan penerangan lentera (ting) dan berteriak "hhiikk... hiiiyyeeekkk" untuk memanggil pelanggannya. Oleh karena itu, Mbah Pairo juga disebut dengan penjual Hik atau penjual "tingting".

Kata "angkringan" sendiri mulai dikenal sejak ia di Jogja. Mungkin kata "angkringan" ini berasal dari kata pikulan jualan yang dipanggul (Angkring) atau "malangkring" yang bisa berarti nongkrong dengan menaikkan salah satu kaki di atas kursi.

MENU ANGKRINGAN

Makanan dan minuman yang dijual di warung Angkringan bermacam-macam. Selain itu, harga yang dibanderol oleh pedagang angkringan sangat bersahabat dab...salah satu andalan dan ciri khas dari warung angkringan adalah nasi kucing ato kalo Wong Jogja nyebut sego kucing. Kenapa disebut sego kucing? Karena porsi yang ditawarkan hanya sebanyak satu genggaman tangan orang dewasa. Yah...sedikit emang kalo buat porsi orang non Jawa hehe... tapi bukan berarti kita ga' bisa nambah loh... disini kita bebas nambah nasi kucingnya dan menu-menu yang lainnya.

Selain nasi kucing, menu makanan lain yang ditawarkan adalah gorengan dan berbagai macam sate, seperti sate telur puyuh, sate usus ayam, sate ceker ayam dan sate kepala ayam. Yang uniknya lagi, gorengan dan sate-sate tersebut selain bisa dimakan langsung juga bisa kita minta agar dibakar biar rasanya lebih maknyuss...(minjam istilahnya pak Bondan hehe...). Tetapi belakangan ini banyak pula warung Angkringan yang sudah menambah mie instan dalam menu makanannya.

Menu minuman yang khas dari Angkringan Tugu yang terletak di utara Stasiun KA Tugu Jogja adalah Kopi Joss!!. Kopi Joss!! ini selain mempunyai nama yang unik, cara bikinnya pun unik yaitu dengan cara menceburkan arang panas ke dalam kopi. Konon penemuan Kopi Joss!! sendiri berasal dari hasil penelitian mahasiswa UGM yang sering nongkrong di warung ini. Kata mahasiswa tersebut fungsi dari arang membara ini dapat menghilangkan efek kafein yang terkandung di dalam kopi, jadi Kopi Joss!! ini aman untuk dikonsumsi. Selain Kopi Joss, minuman yang ditawarkan beragam seperti teh, jeruk, wedang Jahe, dan susu (yang dapat dicampur dengan jahe).

SOSIAL BUDAYA

Warung Angkringan saat ini mempunyai konsumen yang beragam. Mulai dari tukang sapu jalanan sampai para bos perusahaan, dari kaum remaja "ingusan" sampai kaum tua "bangka" pun dapat berkumpul di warung Angkringan ini. Bila sudah berkumpul di warung Angkringan, mereka bebas untuk mengobrol satu sama lain. Bahkan antara konsumen dan penjual pun sering terlibat dalam perbincangan hangat seputar isu-isu yang sedang hangat di kalangan publik dalam suasana kekeluargaan. Obrolan ini dapat terjadi sampai tengah malam loh...

Selain itu perbincangan itu kadang pula diselingi oleh musik yang ditampilkan oleh para seniman jalanan. Maklum saja, anda makan maka mereka pun mencari makan, jadi jangan segan untuk berbagi dengan mereka karena mereka juga telah membuat hangat suasana.

Selain menyediakan bangku panjang di dalam warung, pedagang pun kadang menggelar tikar agar memberi tempat lebih dan jadi variasi tempat bagi para pelanggan yaitu lesehan. Bila kita duduk di tempat lesehan kadang kita lebih bebas bercengkerama dengan teman satu genk kita. Selain itu, karena diletakkan menghadap jalan maka kita dapat bebas memandang kendaraan yang melintas di depan kita. Tetapi bila ingin berbincang-bincang dengan pelanggan lain sekaligus dengan penjualnya maka lebih siip kalo kita duduk di bangku panjang dalam warung. Setiap tempat ada enaknya jadi tinggal pilih aja!! Tetapi akhir-akhir ini warung Angkringan terkena dampak demam HotSpot Jogja. Ada warung Angkringan yang saat ini ikut memasang HotSpot, dampaknya adalah para pelanggan datang dengan membawa laptop dan menjadi individualis, karena para pelanggan hanya sibuk berakrab-akrab dengan laptop mereka masing-masing. Suasana guyub yang tadinya jadi salah satu komponen Angkringan jadi terasa dihilangkan.

Sebagai penutup walaupun harga yang dipasang tidak mahal tetapi hati-hatilah dengan pengeluaran anda!!! Seringkali karena kelamaan dan saking asyiknya mengobrol maka makanan dan minuman yang menyertai pun banyak amblasnya. Jadi kita lebih baik hati-hati dan makanlah seadanya sehingga pengeluaran yang kita buat tidak buat kantong jebol dan akhirnya besok jadi ga bisa nongkrong lagi deh...

©Jape Methe Blog 2008

Read More......

Senin, 29 September 2008

tess

Ni cuman tess bisa ga smiley masuk blogger... eh ternyata bisa coy!!!
Masukin ni Smiley lewat Yahoo.
Kirimin Postingan lewat yahoo ke alamat email Blogger Kamu..
jadi deh..

Read More......

Sabtu, 27 September 2008

JOGJA SEBAGAI KOTA PELAJAR

Wah..wah.. saat saya sedang terinspirasi untuk menulis artikel tentang identitas Kota Jogja sebagai Kota Pelajar, banyak hal yang menarik yang saya dapat saat saya sedang mencari-cari bahan di Internet. Bukan tentang kenapa Kota Jogja/Yogyakarta disebut Kota Pelajar yang saya dapat, melainkan tentang kritik-kritik tentang identitias Jogja sebagai Kota Pelajar itu sendiri. Hal ini menjadi menarik karena sebagian besar situs tersebut menulis hal tersebut dengan harapan Kota Jogja bisa seperti dulu, yaitu menjadi Kota Pelajar yang sejati.

Menurut situs www.harianjoglosemar.com yang saya akses tanggal 26 September 2008 mengatakan alasan Jogja disebut sebagai Kota Pelajar adalah karena mimpi Sultan Hamengku Buwono IX dalam membangun Jogja. Pada tahun 1946 Sultan HB IX membangun sebuah Universitas (Universitas Gadjah Mada) yang nantinya diharapkan Sultan dapat menjadi sarana dalam mendidik tenaga manusia yang terampil dan terlatih di bidang masing-masing. Untuk mendukung mimpinya tersebut Sultan HB IX membuat kebijakan yaitu membuka Yogyakarta seluas-luasnya untuk para pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia untuk menuntut ilmu di Yogyakarta, yang waktu itu menjadi ibukota NKRI. Karena kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Sri Sultan HB IXwaktu itu, serta didukung dengan memberikan sebagian tanah Keraton untuk dibangun sarana-sarana pendidikan diatasnyalah mimpi Sri Sultan HB IX terwujud waktu itu.

Maka kurang lebih sebelum tahun 2003 Jogja memiliki wajah yang sangat akrab dengan anak muda. Kos-kosan dengan harga murah banyak ditemui di Jogja. Banyak pula dijumpai warung-warung dan bisnis-bisnis kecil lainnya yang dibangun dan dikelola oleh kaum mahasiswa. Contoh yang masih ada saat ini adalah produksi Kaos Dagadu. Bahkan konon sang pemilik, yang asli mahasiswa UGM ini enggan mendaftar merk Dagadu miliknya ke pihak Pemerintah. Alasan yang ia punya sederhana yaitu agar banyak orang dapat menikmati merk Dagadu-nya dan menjadikan Dagadu sebagai kaos khas Jogja. Selain Dagadu banyak pula kita jumpai warung-warung yang menjual nasi ukuran mini, yang umumnya disebut nasi kucing. Warung yang menjual nasi kucing tersebut disebut oleh penggemarnya “Angkringan”. Memang pada tahun-tahun tersebut kita tidak banyak menjumpai banyak Mall-Mall dan Kafe-Kafe. Kalaupun ada Mall dan Kafe tersebut hanya terdapat di kawasan Malioboro.

Bukti lainnya yang menunjukkan Jogja sebagai kota Pelajar adalah sering diadakannya Pameran Komputer dan Pameran Buku yang harganya kocek mahasiswa banget. Umum diketahui harga-harga baik komputer maupun buku yang dijual lewat pameran memiliki harga yang bersaing karena kita dapat membandingkan harga buku di tiap stand yang ada. Selain itu pula, pameran dapat dijadikan sumber dana bagi salah satu instansi pendidikan dengan menjadi panitia penyelenggara dengan bekerja sama dengan pihak produsen. Bila dibandingkan dengan kota lainnya, pameran buku dan pameran komputer tidak seramai bila pameran tersebut diadakan di Yogyakarta.

Tetapi belakangan ini wajah Jogja sudah berubah. Di Jalan Affandi (yang dulunya disebut Jalan Gejayan) salah satunya, dulu dapat kita nikmati pemandangan Gunung Merapi yang indah dengan bebas. Tetapi sekarang karena jalan Affandi sudah dipenuhi dengan papan iklan, maka pemandangan gunung Merapi hanya dapat dinikmati di titik-titik tertentu saja. Hal lainnya yang juga pernah menjadi kontroversi yaitu keberadaan dua mall besar di Jalan Solo yang notabene masih merupakan tanah Keraton yang dianggap suci oleh orang Jogja. Selain itu, kafe-kafe baru bermunculan dan tumbuh bak jamur di musim hujan... kafe-kafe tersebut juga dilengkapi dengan fasilitas HotSpot, yaitu fasilitas Internet Wireless yang umum diakses dengan menggunakan Notebook.

Banyak tempat-tempat nongkrong yang digunakan oleh orang Jogja terutama oleh para mahasiswa pendatangnya untuk berkumpul dan bertukar pikiran di tempat tersebut. Salah satunya yaitu kompleks warung kopi Joss, kopi yang ditambah dengan arang panas didalamnya yang terletak di sebelah utara Stasiun Tugu Jogja. Kompleks ini dahulunya tidak pernah sepi bila malam tiba. Orang seakan melepas kesulitan di tempat ini. Suasana pun terasa guyub satu sama lain. Tetapi fasilitas HotSpot dan Mall yang ada di Jogja seakan mengikis keguyuban itu. Setiap orang seakan sibuk dengan komputer masing-masing. Tidak peduli lagi dengan suasana sekitar.

Hal ini juga didukung oleh hasil data yang didapat dari KOMPAS-cetak (Senin 20 Agustus 2007) yaitu

“Banyaknya jumlah siswa yang mengulang, tidak lulus ujian nasional, hingga siswa putus sekolah menjadikan Yogyakarta tidak berbeda jauh dengan pusat-pusat pendidikan lainnya di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Tahun Ajaran 2006/2007, jumlah siswa SD hingga SMA yang mengulang mencapai 11.318 siswa dan putus sekolah sekitar 4.000 siswa. Sementara siswa SMA/SMK yang tidak lulus ujian nasional sebanyak 3.084 siswa. “


Tetapi seperti salah satu kata orang “semua tak sama”. Artinya masih ada satu-dua orang Jogja yang meraih hasil positif dari Jogja. Lagi... tetapi, sudah menjadi tugas kita bersama yang suka sama Jogja agar Jogja dapat kembali disebut sebagai kota Pelajar dan nyaman untuk ditinggali, bila menurut salah satu sumber. Apakah kamu mau mewujudkannya??? Kalau bisa saya pinjam istilahnya pak SBY: Bersama Kita Bisa!!!

Read More......

Rabu, 24 September 2008

Amangkurat IV Leluhur Raja Jawa

Ngerti Gak kalo Amangkurat IV merupakan leluhur dari Raja Jawa Modern???
Dari Sunan Amangkurat IV inilah dilahirkan Sunan Paku Buwana II dan Sultan Hamengku Buwono I serta Arya Mangkunegara. Ayah dari Raden Mas Said (Mangkunegara I). Sunan Amangkurat IV juga merupakan Raja terakhir dari Keraton Kartasura sebelum dipindahkan ke Surakarta oleh anaknya Sunan Pakubuwana II.
(sumber: www.id.wikipedia.org)

Read More......